Wednesday, December 17, 2014

Permasalahan Sanitasi di indonesia

Permasalahan sanitasi di Indonesia



Menurut susenas fasilitas sanitasi Indonesia sempat meningkat pada tahun 1992 sebesar (30.9%) sampai dengan tahun 1998 sebesar (64.9%) dan terjadi peningkatan dalam jangka waktu 6 tahun terakhir, namun sejak 1998 kebelakang semua menjadi terhambat, bahkan sempat menurun padatahun 2000 sebesar (62.7%) dan 2003 (63.5%).

Semua ini terjadi bukan tanpa alasan yang jelas, semua ini terjadi karena ledakan penduduk yang begitu hebat serta kinerja dan kesadaran masyarakat yang kurang terhadap masalah ini . Data dari (laporan pencapaian mdg Indonesia ) pada tahun 2004 menyatakan bahwa 84% air tanah di wilayah Jakarta sudah tercemar.Kita sebagai warga masyarakat yang baik seharusnya lebih memperhatikan sanitasi kita agar tidak tercemar yang bisa mengakibatkan penyakit seperti :
muntaber,diare,penyakikulit berbahaya,dan lain-lain.

Ada beberapa tips yang anda bisa coba lakukan untuk merawat sanitasi dilingkungan
1.      Mengelola saluran limbah dengan bijak, limbah industri maupun limbah rumahtangga
2.      Ingatkan tentang pentingnya peran air dalam keseharian kita, jangan biarkan air terbuang percuma , manfaatkan lah air dengan benar.
3.      Buat saluran septictank berjarak agak jauh dari sumur resapan, agar sumur tidak tercemar.
4.      Memeriksa saluran-saluran sanitasi yang terhambat sminggu 3x
5.      Dan bila ada pihak yang sengaja melakukan hal yang dapat merusak sanitasi laporkan pada pihak berwenang.

Saya mengutip dari sebuah sumber (http:ciptakarya.pu.go.id/ )tentang pernyataan yang menarik yaitu : Kementerian Pekerjaan Umum menyebutkan negara baru menganggarkan 0,33 persen (Rp200 orang per tahun) untuk pembangunan sanitasi yang layak. Padahal, kata dia, idealnya setiap orang dianggarkan Rp54 ribu untuk setiap tahunnya.

Namun, kata dia, penjelasan berbeda justru muncul dari Bappenas. Lembaga ini menyebutkan butuh anggaran sebesar Rp56 triliun hingga tahun 2020. "Saat ini, anggaran pengadaan sanitasi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun," katanya.

Persoalan sanitasi ini jangan dianggap remeh. Karena implikasinya tidak sederhana. "Setidaknya target MDGs pada tahun 2015 mendatang, bisa-bisa Indonesia gagal hanya karena dipicu soal sanitasi ini," katanya. 

Selain itu, kata dia, yang paling nyata persoalan sanitasi akan menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat akibat akses yang tidak baik tersebut. Indikasi itu setidaknya telah muncul. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia untuk tahun ini melorot dari urutan ke 108 menjadi 124.

Dalam merespons isu sanitasi ini, terlihat betapa antarlembaga dan kementerian di pemerintahan tidak sinkron satu dengan lainnya. "Sangat menggelikan ketika Bappenas mengatakan bahwa anggaran untuk sanitasi yang layak itu sudah bekali-kali lipat dari sebelumnya, sementara Kemen PU belum memprioritaskan hal itu, bahkan hanya menganggarkan 0,03 persen untuk hal ini," katanya.

Karena itu, kata dia, perlu dilakukan upaya-upaya atau terobosan-terobosan yang signifikan oleh pemerintah. Utamanya adalah kerja sama yang baik antar kementerian dan lembaga  sehingga program-program yang dibuat oleh masing-masing kementerian dan lembaga dapat secara komprehensif meningkatkan IPM Indonesia dan mempercepat pencapaian MDGs pada tahun 2015.

"Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap deklarasi MDGs yang sudah disepakati bersama dalam KTT Milenium PBB di New York.


Banyak dari sekian masalah yang Negara kita hadapi namun apakah sanitasi merupakan masalah yang sepele untuk kita ? coba kita lihat fakta mengenai Indonesia dan sanitasi nya .
Pada konferensi yang diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP) itu terungkap, bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah.

Menurut data Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia (MDG), pada 2010 cakupan pelayanan air minum di Indonesia baru mencapai 46 persen. Padahal, target di 2015, Indonesia harus sudah mencapai 68,87 persen. Sementara itu, target pemenuhan akses sanitasi layak harus mencapai 62,41 persen.

Memang, meski terdengar sepele bagi penduduk kota yang berkelimpahan pasokan air bersih, masalah seputar ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi di daerah-daerah lain ternyata cukup parah. Karena itulah, perlu kerjasama berbagai pihak untuk segera memperbaiki hal ini.

"Sanitasi termasuk target MDG (Millenium Development Goal). Mungkin ini target tiga tahun lalu. Saat ini, akses kita sudah 57 persen. Ada optimisme, targetnya 62 persen. Informasi dua minggu lalu dari BPS, di kuartal pertama 2013 ternyata sanitasi kita maju satu persen. Akhir 2013 ini bukan tidak mungkin sampai empat persen. Jadi, saya optimistis," kata Nugroho Tri Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman Bappernas, menanggapi kekhawatiran publik.
Menurut Nugroho, jika usaha ini tidak terhenti di tahun depan, maka target tentu akan terpenuhi. Sementara masalah kedua adalah masalah kesadaran. Nugroho bersikeras akan mendukung segala kegiatan yang mampu mendorong kesadaran penduduk Indonesia, lewat jalur pendidikan, agama, maupun ekonomi. Intinya, kesadaran harus didahulukan.

Apa fakta-fakta tersebut tidak juga menghentak dan menyadarkan kita akan pentingnya sanitasi di Indonesia ? dahulu kita bangga akan sebutan tanah air kita sebagai tanah surga ( penggalan lirik lagu koesploes) namun apa yang dapat kita banggakan sekarang ? tanah kita tercemar limbah plastik dan sanitasi air kita tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga .
Kita harus aktif menyuarakan pendapat kita dan kita juga harus aktif memberi solusi yang harus kita lakukan. Contoh yang dapat kita lakukan seperti :

1.      Membuat penampungan limbah sanitasi
2.      Mengolah kembali limbah tersebut , sebagai contoh seperti yang pernah di lakukan ketua pesantren darul quran ahmad haris masduki di Yogyakarta, dia berhasil mengubah limbah kotoran menjadi biogas.
3.      Mendaur ulang air limbah menjadi air yang dapat di pakai kembali seperti yang telah banyak di pasaran kini (sebut saja pureit)
4.      Dan melakukan kerja bakti untuk membersihkan sanitasi secara berkala.

Apa kalian semua mengetahui ? jangan menganggap negara terhebat di ASEAN ialah Kita ,kalian akan tahu setelah membaca ini , bahwa kita masih tertinggal dari Negara-negara di ASEAN dalam hal sanitasi dan air bersih. Dari hal yang kita anggap sepele saja kita masih bisa tertinggal?

Kementerian Pekerjaan Umum akan memfokuskan dua proyek pembangunan untuk dua tahun ke depan yaitu masalah air bersih dan sanitasi. Sanitasi mencakup diantaranya pengelolaan air pipa pembuangan dari Mandi Cuci Kakus (MCK).

Proyek ini dikerjakan karena target program Millenium Development Goals (MDGs) yang harus rampung di tahun 2015.

"Air minum dan sanitasi kita coba ramai-ramai membangun kesana. Kita perlu komitmen dengan daerah untuk garap bersama," ujar Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono saat rapat dengar pendapat di Komisi V DPR Jakarta, Selasa (26/3/2013).

Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal terkait persentase penduduk terhadap jangkauan akses untuk mendapat air bersih dan sanitasi yang baik. Bila dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki 100% cakupan akses air bersih dan 96% cakupan sanitasi bahkan Indonesia masih di bawah Filipina dan Kamboja.
Menurut Budi cakupan air minum untuk tahun 2011 baru mencapai 55% sedangkan di tahun 2012 baru mencapai 57-58%. Padahal implementasi MDGs tahun 2015 untuk cakupan air bersih adalah 68%.
Untuk sanitasi, menurut penuturan Budi untuk sanitasi target MDGs adalah 62% di tahun 2015, saat ini baru tercapai 56% di tahun 2011 dan 58% di tahun 2012. "Intinya sudah ada progres dari tahun ke tahun dan kita butuh kerja keras," keluhnya.
Kemudian selain dua proyek pengerjaan yang akan dikebut dalam 2 tahun mendatang, pihaknya juga fokus untuk membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Langkah ini dilakukan untuk merelokasi warga/masyarakat dan menjadi solusi dalam memberantas pemukiman kumuh.

"Permasalahan pemukiman kumuh yang di bawah rata-rata nasional perlu penekanan nasional. Jadi walaupun 2020 targetnya tetapi jika menggunakan program 2015 melalui MDGs maka sebetulnya setiap tahun di kabupaten kota harus tuntas 300 KK (Kepala Keluarga) supaya dapat hunian yang lebih layak untuk masuk ke rumah susun. Jadi dari perhitungan ini harus ada pembangunan 1 twin blok setiap tahun untuk 300 KK. Mudah-mudahan dengan mempertajam program dengan berbasis kinerja ini akan tercapai," cetusnya.
Ini kutipan fakta yang saya gali dari beberapa sumber (http://www.ampl.or.id/) mengenai sanitasi yang dapat kita jadikan bahan pertimbangan, dan kita dapat pilah-pilah antara kebutuhan dan keinginan.

Dari 7 miliar jumlah penduduk di dunia, 6 miliar diantaranya sudah memiliki telepon seluler (ponsel) pribadi. Mirisnya, hanya 4,5 miliar orang yang memiliki akses untuk sanitasi yang layak, salah satunya toilet.
Data statistik yang mengejutkan tersebut telah mendorong organisasi internasional untuk meluncurkan kampanye global guna memperbaiki sanitasi bagi 2,5 miliar orang yang kesehatannya berisiko.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Jan Eliasson, menyebut sanitasi yang buruk sebagai 'silent disaster' atau bencana diam-diam, yang mencerminkan kemiskinan dan ketimpangan besar di dunia saat ini.
PBB mengatakan harus ada tindakan nyata untuk menghilangkan praktik buang air besar (BAB) sembarangan, yang banyak menimbulkan penyakit. Sebenarnya praktik BAB sembarangan sudah mengalami penurunan sebesar 271 juta sejak tahun 1990. Namun masih saja dipraktikkan oleh 1,1 miliar orang atau 15 persen dari populasi di dunia.

PBB menyatakan BAB sembarangan adalah salah satu penyebab utama diare, yang menyebabkan kematian lebih dari 750.000 anak di bawah usia lima tahun setiap tahun.
"22 Negara mencapai lebih dari 80 persen dari BAB sembarangan di dunia," jelas Jan Eliasson, Wakil Sekretaris Jenderal PBB, seperti dilansir Daily Mail, Senin (25/3/2013).
Negara tersebut antara lain Brasil, China, India, Indonesia, Kamboja, Ethiopia, Kenya, Madagaskar, Malawi, Mozambik, Nepal, Nigeria, Pakistan, Sierra Leone, Zambia, Afghanistan, Burkina Faso, Chad, Kongo, Niger, Sudan dan Sudan Selatan.

India saja menyumbang 60 persen dari jumlah orang yang masih BAB sembarangan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan munculnya pasar ponsel dalam perkembangan ekonomi cepat. Saat ini hampir 1 miliar ponsel di India, meroket tajam dari hanya 45 juta di tahun 2002.
Meski kurangnya sanitasi, kebanyakan orang mampu membeli ponsel dengan berbagai harga. Ritel dan toko-toko seluler pun banyak menjamur di kota-kota seluruh India.

Penggunaan ponsel di negara-negara berkembang telah meroket dalam dekade terakhir, dengan tidak perlu repot-repot untuk menginstal sambungan telepon rumah. Tapi kebutuhan lain dari kehidupan sehari-hari, seperti sanitasi yang baik, belum bisa mengejar ketinggalan.Ingat jangan sekali kali meremehkan masalah sanitasi lingkungan dari agama pun kita dapat menilai bahwa kebersihan ialah sebagian dari iman. Saya berharap agar semua masalah tentang sanitasi serta ketersediaan air bersih di Indonesia bisa cepat terselesaikan.

Sekian yang saya dapat sampaikan mohon maaf jika terdapat kata-kata atau kalimat yang salah atau menyinggung suatu pihak. Terima kasih atas perhatianya 


( permasalahan sanitasi di indonesia | sanitasi di indonesia | saluran sanitasi di indonesia | saluran pembuangan di indonesia | keadaan sanitasi di indonesia )









No comments:

Post a Comment